Sistem reproduksi dan masalahnya

Indonesia dengan situasi geografisnya terdapat 1.300 pulau besar dan kecil, penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan belum memadai, sehingga menyebabkan kurang kemampuan dalam menjangkau tingkat kesehatan tertentu.
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA).
Indonesia merupakan negara berkembang dan anggota ASEAN yang mempunyai angka kematian ibu (AKI) tertinggi.
Sedangkan angka kematian anak di Indonesia 70/1.000. Dengan demikian masalah ini merupakan tantangan besar bagi upaya meningkatkan sumber daya manusia.
Sebagai ketetapan yang dimaksudkan dengan kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa risiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal. Dalam survei yang dilakukan oleh WHO, menetapkan 5 jenis ketentuan sebagai !criteria klasifikasi wanita yaitu kesehatan, perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan persamaan.
Sadar akan keadaan demikian, pemerintah dan diikuti oleh kalangan swasta telah mendirikan pusat-pusat kesehatan untuk mendekatkan pelayanan terhadap masyarakat. Di samping itu penyebaran Bidan di Desa merupakan gagasan pemerintah untuk menggantikan peranan dukun yang masih dominan di tengah masyarkat, sehingga mendapatkan pelayanan yang bermutu dan menyeluruh. Meskipun angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA) masih belum dapat diturunkan secara berarti. Keadaan ini dapat berubah bila mengikutsertakan masyarakat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan, dengan secara aktif mengambil bagian untuk memelihara kesehatannya.
Di samping itu dalam pelayanan dan pertolongan persalinan telah diupayakan dengan memakai sistem partograf WHO, sehingga ibu hamil dan bersalin dikirimkan pada tingkat garis “waspada.” Keberhasilan dalam pelaksanaan gagasan ini bergantung pada kemampuan dalam memberi pengawasan selama hamil (antenatal) serta konsultasi gizi.
Keluarga berencana juga memegang peranan penting untuk dapat mengatur jarak kehamilan, mengatur jumlah kehamilan (sehingga komplikasi dapat ditekan), dan meningkatkan usia kawin dan hamil sampai mencapai masa reproduksi sehat,
Dengan demikian kesehatan reproduksi merupakan masalah vital dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan reproduksi tidak dapat diselesaikan dengan jalan melakukan tindakan kuratif (pengobatan), tetapi merupakan masalah masyarakat yang masih dapat diperbaiki. Indonesia dianggap telah berhasil untuk mengatur kesehatan reproduksi melalui gerakan keluarga berencana, Melalui penurunan tingkat kelahiran, ditambah makin meningkatnya kesehatan, AKI dapat menurun secara berarti, sedangkan AKA dapat diturunkan menjadi 56/1.000 persalinan.
Meskipun demikian upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan wanita melalui perluasan lapangan kerja, meningkatkan pendidikan, dan persamaan kewajiban dan hak, masih memerlukan perjuangan untuk dapat ikut serta menurunkan angka kematian dan meningkatkan kesehatan wanita khususnya kesehatan reproduksi.
Di lain pihak yang mengecewakan adalah makin meningkatnya faktor infeksi alat reproduksi, oleh karena terjadi semacam revolusi seksual yang menjurus ke arah liberalisasi, dengan makin derasnya arus informasi pada era globalisasi dunia. Infeksi mempunyai akibat yang menyedihkan pada kesehatan reproduksi yang berakhir dengan infertilitas (kemandulan) dan meningkatnya kejadian kehamilan ektopik.
Untuk mencapai sasaran agar tercapai kesehatan alat reproduksi sehingga dapat menghasilkan generasi sehat rohani dan jasmani, perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan dan diagnosis dini, melalui pengobatan yang tepat dan berhasil guna. Dapat dikatakan alat reproduksi adalah alat untuk prokreasi dan kreasi diupayakan semaksimal mungkin sehingga tercapai well health motherfir well born baby.
Dengan tercapainya kesejahteraan masyarakat diharapkan tercapai kesehatan reproduksi yang prima, dan dapat menghasilkan status politik, sosial-ekonomi, budaya, ketahanan dan keamanan keluarga (poleksosbudhankam) tinggi, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas individu (manusia) dan akhirnya secara berantai dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian melalui pembangunan diharapkan dapat mengubah lingkaran kemiskinan menjadi lingkaran kesejahteraan, sehingga kesehatan umum masyarakat dan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan generasi yang berkualitas. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa pada masa remaja penekanannya pada bagaimana menghindari bahaya infeksi alat reproduksi sehingga terhindar dari komplikasi, masa reproduksi kesehatannya dapat dijaga dengan memanfaatkan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval keharnilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi.
Pertolongan persalinan berorientasi pada “well health mother for well born baby” melalui persalinan yang tidak menimbulkan trauma (tidak membahayakan) dengan persalinan spontan, tindakan operasi ringan persalinan dan seksio sesarea. Permintaan persalinan seksio sesarea (melalui operasi dinding perut) akan meningkat, juga permintaan untuk KB dengan metode operasi wanita (MOW) melalui teknik vasektomi.
Pada masa menopause, pascamenopause, dan senium penekanan ditujukan pada penyakit degenerasi, sehingga diagnosis dini sangat penting.