Minggu, 27 November 2011

Sikap dan perilaku pd masa kehamilan dan persalinan

Sikap dan Perilaku Pada Kehamilan dan Persalinan

A. Pengertian



Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak (G.W. Alport 1953). Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis / tidak statis.
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.


Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114).


Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon.


Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.


Persalinan adalah proses membuka dan mnipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalahproses dimana janin didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalahproses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42mgg), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.Persalinan / partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.


B. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku manusia

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.
1. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap:
a. Kepribadian
b. Inteligensi
c. Minat


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia

a. Genetika
b. Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu.
c. Norma sosial - adalah pengaruh tekanan sosial.
d. Kontrol perilaku pribadi - adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.


3. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus

a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)


C. Sikap dan perilaku ibu pada masa kehamilan

Setiap ibu yang mengalami kehamilan pasti ada perubahan perilaku pada si ibu ini semua di perngaruhi oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil suami dan istri harus benar-benar siap dengan segala perubahan yang akan terjadi nanti pada si ibu baik perubahan fisik dan perilaku, agar suami maupun istri siap menghadapinya. Jangan sampai perubahan ini membuat pasangan jadi tidak harmonis.

1. Cenderung malas

Para suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bukan timbul begitu saja, melainkan pengaruh perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya. "Jadi tidak ada salahnya bila suami menggantikan peran istri untuk beberapa waktu. Misalnya dengan
menggantikannya membereskan tempat tidur, membuat kopi sendiri.

2. Lebih sensitif

Biasanya, wanita yang hamil juga berubah jadi lebih sensitif. Sedikit-sedikit tersinggung lalu marah. apa pun perilaku ibu hamil yang dianggap kurang menyenangngkan, hadapi saja dengan santai. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini nantinya bakal hilang. Bukan apa-apa, bila suami membalas kembali dengan kemarahan, bisa-bisa istri semakin tertekan sehingga mempengaruhi pertumbuhan janinnya.

3. Minta perhatian lebih

Perilaku lain yang kerap "mengganggu" adalah istri tiba-tiba lebih manja dan selalu ingin diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih, usahakan untuk menanyakan keadaannya saat itu. Perhatian yang diberikan suami, walau sedikit, bisa memicu tumbuhnya rasa aman yang baik untuk pertumbuhan janin. Demikian pula ketika istri merasakan pegal-pegal dan linu pada tubuhnya. Istri sering meminta suami untuk mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan sambil memberikan perhatian dengan mengatakan bahwa hal ini memang sering dialami wanita yang sedang hamil dan diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.

4. mudah cemburu

Tak jarang, sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang telat sedikit saja, istri akan menanyakan hal macam-macam. Mungkin, selain perubahan hormonal, istri pun mulai tidak percaya diri dengan penampilan fisiknya. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita lain. Untuk menenangkannya, suami perlu menjelaskan
dengan bijaksana bahwa keterlambatannya dikarenakan hal-hal yang memang sangat penting dan bukan karena perselingkuhan. Bila perlu, ceritakan dengan terperinci aktivitas.

5. Hobi shopping

Bersangkutan tidak punya "hobi" ini. Baru setelah hamil lantas gemar berbelanja. Dikhawatirkan "kegemaran baru" ibu hamil ini bisa menimbulkan konflik dengan pasangan, karena ibu dinilai egois dan boros membelanjakan keperluan yang tak jelas.

6. Malas-malasan

Bisa karena pada dasarnya ibu memang pemalas sehingga saat hamil bertambah malas akibat adanya perubahan hormonal. Pada ibu yang bekerja umumnya perasaan malas-malasan ini jarang ditemui. Kalaupun ada karena rasa bosan dan lebih mudah dialihkan pada hal lain.

7. Tidak mau dekat-dekat suami

Ada ibu hamil yang merasa mual bila mencium bau suami. Dengan alasan itu, ia tidak mau tidur seranjang atau kalaupun tidur berbalikan badan. Penyebabnya? Jangan-jangan ada masalah komunikasi dengan pasangan yang terpendam. Di bawah sadar, mungkin lo ada kebiasaan suami yang tidak ibu sukai. Misal, suami suka mengorok kalau tidur, pulang kantor tidak langsung bersih-bersih dan sebagainya. Tanpa disadari ketidaksukaan tersebut tercetus jadi perilaku "aneh" saat ibu hamil

8. Merasa sebal dan tak ingin ketemu mertua

Lihat kembali pada awal hubungan ibu dengan mertua selama ini. Apakah ada ketidakcocokan yang disebabkan mertua terlalu intervensi, terlalu cerewet dan sebagainya. Sikap mertua yang tidak berkenan di hati selama ini bisa tercetus jadi perilaku "aneh" selagi hamil. Memang dapat dipahami karena kondisi kehamilan yang cukup sensitif.

9. Marah-marah pada pasangan

Cenderung dipengaruhi temperamen ibu serta bagaimana kelancaran komunikasi dengan pasangan. Akibatnya sering kali hal sepele jadi menimbulkan konflik berkepanjangan.

10. Merasa cemburu atau curiga
Jika sesekali mungkin wajar. Namun kerap merasa curiga pada pasangan selagi ibu hamil tentu bukan hal yang sehat. Penyebabnya bisa jadi berkaitan dengan masalah kepercayaan diri. Perubahan fisik semasa hamil membuat ibu merasa tidak cantik sehingga khawatir suami berpaling.

11. Jadi suka merokok atau kebiasaan buruk lainnya

Perilaku ini bisa karena keinginan ibu untuk coba-coba atau usaha mengatasi rasa tak enak dan tak nyaman semasa hamil. Jelas ini amat berisiko bagi kehamilan dan juga janin.

12. Rajin bekerja/suka bersih-bersih

Ada ibu yang memang terbiasa bekerja, sehingga semasa hamil pun jadi lebih rajin. Ini merupakan salah satu perilaku "aneh" yang positif. Hanya perlu diingat, saat bekerja perhatikan kondisi ibu.


D. Penyebab perubahan perilaku pada ibu hamil


Perubahan perilaku pada ibu hamil merupakan hal wajar karena produksi hormon progesteronnya sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan hormon pada wanita yang sedang mengalami siklus haid, perubahan hormon yang terjadi tidak selamanya akan mempengaruhi psikis ibu hamil. Ada juga yang perilakunya tidak berubah. Hal ini, disebabkan kerentanan psikis setiap orang yang berbeda-beda. Nah, daya tahan psikis dipengaruhi oleh kepribadian, pola asuh sewaktu kecil, atau kemauan ibu untuk belajar menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Biasanya ibu yang menerima atau bahkan sangat mengharapkan kehamilan akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan. Secara fisik dan psikis, mereka lebih siap. Berbeda dari ibu yang tidak siap, umpamanya karena kehamilannya tidak diinginkan, umumnya merasakan hal-hal yang lebih berat. Begitu pula dengan ibu yang sangat memperhatikan estetika tubuh. Dia akan merasa terganggu dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan. Seringkali ibu sangat gusar dengan perutnya yang semakin gendut, pinggul lebih besar, payudara membesar, rambut menjadi kusam, dan sebagainya. Tentu hal ini akan semakin membuat psikis ibu menjadi tidak stabil. Perubahan psikis umumnya lebih terasa di trimester pertama kehamilan. Kala itu pula, ibu masih harus menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan hormon yang terjadi. Lalu berangsur hilang di trimester kedua dan ketiga karena ibu sudah bisa menyesuaikan dirinya.


E. Sikap dan perilaku ibu pada masa persalinan

1. nyeri, tegang, mulas-mulas, dan mengedan
2. Tak sabar untuk segera menjenguk buah hati
3. mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.
4. minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya.
5. mengikuti praktek-praktek tradisional yang tidak memberi pengaruh yang merugikan.
6. ingin segera memeluk bayinya segera setelah lahir.
7. akan memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
8. Ingin selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
9. Bahagia karena harapannya untuk memiliki anak terlaksana.
10. Cemas dan takut terhadap bahaya, pengalaman yang tidak menyenangkan dan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi.


F. Sikap dan perilaku bidan pada kehamilan dan persalinan


1. Mengupayakan kehamilan yang sehat
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal, serta rujukan bila diperlukan
3. Mempersiapkan persalinan yang bersih dan aman
4. Merencanakan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi
5. Memantau tumbuh kembang janin
6. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.
7. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama kehamilan, persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk penggunaan partograf.
8. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama kehamilan, persalinan, pasca persalinan dan nifas.
9. Menyiapkan rujukan ibu hamil dan bersalin atau bayinya.
10. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya.
11. Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin.
12. Mengasuh bayi baru lahir.
13. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan janin atau bayinya.
14. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan bayinya.
15. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
16. Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi ibu dan riwayat perjalanan penyakit.
17. Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau sakit, nyaman atau terganggu (kesakitan).
18. Melakukan pemeriksaan fisik.
19. Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya pemeriksaan laboratorium.
20. Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosis defenitif dibuat.
21. Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa ganda.
22. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai martabatnya.
23. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
24. Menjelaskan proses kehamilan dan persalinan kepada ibu dan keluarganya.
25. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
26. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
27. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.
28. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
29. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu selama kehamilan, persalinan dan kelahiran bayinya.
30. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
31. Menghargai privasi ibu.
32. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.
33. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya.
34. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi pengaruh yang merugikan.
35. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma).
36. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
37. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
38. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
39. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.


G. Mengurangi dampak negatif terhadap perubahan perilaku


Perubahan perilaku pada ibu hamil, jika kadarnya masih normal, tidak akan mengganggu proses tumbuh kembang janin. Namun, ada batasan yang mesti diwaspadai, yakni saat perilaku ibu sudah "keterlaluan". Kriteria keterlaluan memang terkesan rancu, tapi yang pasti waspadai jika ibu terlihat dilanda kecemasan berlebih atau stres sehingga perilakunya bisa "membahayakan" janin. Misalnya, kemalasan ibu sampai membuatnya masa bodoh dengan kehamilannya. Atau kemarahan yang terjadi sudah sering berubah menjadi amukan. kondisi psikis yang terganggu akan berdampak buruk pada aktivitas fisiologis dalam diri ibu. Umpamanya, suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat dan sekresi asam lambung. Di samping itu, dapat pula memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, gelisah, pening, dan mual. Semua dampak ini akhirnya akan merugikan pertumbuhan janin karena si kecil sudah dapat merasakan dan menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar dirinya. Apalagi masa trimester pertama merupakan masa kritis menyangkut pembentukan organ tubuh janin. Oleh karena itu, walaupun sifat pemalas, pemarah, sensitif, dan manja wajar muncul di masa hamil, Banyak hal yang bisa dilakukan. Jika perubahan ini ditanggapi secara positif, baik ibu maupun janin akan lebih sehat kondisinya. Inilah hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan munculnya dampak psikis yang negative.


1. Menyimak Informasi Seputar kehamilan

Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah, koran, tabloid, atau situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui akar masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang menghadapi kehamilan. Ibu pun jadi tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu terhadap perubahan pada dirinya, tak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi psikis.


2. Kontrol Teratur

Kontrol bisa dilakukan pada dokter kandungan atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa menanyakan tentang perubahan psikis yang dialami. Biasanya, bila ibu perlu penanganan
lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu untuk menemui psikolog atau
psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi.


3. Perhatian Suami

Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi ibu. Misalnya, ibu bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan.


4. Jalin Komunikasi

Jangan pernah menutupi perubahan psikis yang terjadi, tetapi komunikasikanlah hal itu kepada suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama suami, sangat berpengaruh terhadap kestabilan emosi ibu hamil. Sebaliknya, perasaan ibu hamil yang dipendam sendiri tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi berkepanjangan.


5. Beraktivitas

Sangat dianjurkan agar ibu mencari aktivitas apa pun yang dapat meredakan gejolak
perubahan psikis. Bisa dengan menjahit, melukis, bermain musik, atau apa pun. Umumnya, ibu yang aktif di luar rumah bisa mengatasi berbagai perubahan psikisnya tersebut dengan lebih baik.


6. Perhatikan Kesehatan

Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan dan memperhatikan asupan gizi. Hindari mengonsumsi makanan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi kehamilan.


7. Relaksasi

Bila ingin mendapatkan perasaan yang lebih relaks, ibu bisa mengatasinya dengan
mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian sambil mengatur napas, senam yoga, dan bentuk relaksasi lainnya.















Kesimpulan

Sikap dan perilaku perilaku pada kehamilan dan persalinan, jika kadarnya masih normal, tidak akan mengganggu proses tumbuh kembang janin, perawatan bayi dan proses penyembuhan pada masa nifas. Namun, ada batasan yang mesti diwaspadai, yakni saat perilaku ibu sudah "keterlaluan". Kriteria keterlaluan memang terkesan rancu, tapi yang pasti waspadai jika ibu terlihat dilanda kecemasan berlebih atau stres sehingga perilakunya bisa "membahayakan" janin. Misalnya, kemalasan ibu sampai membuatnya masa bodoh dengan kehamilannya. Atau kemarahan yang terjadi sudah sering berubah menjadi amukan.Hanya saja seberapa besar pengaruh emosi akibat faktor hormonal tersebut, sebetulnya tergantung kepribadian masing-masing ibu. Asal tahu saja, kepribadian seseorang berkaitan dengan pola asuh yang didapat semasa kecil, kesiapan ibu menerima kehamilan dan persepsinya akan kehamilan.
Lantaran itu, ibu hamil yang memiliki kepribadian matang jarang "berperilaku aneh". Karena selain dapat mengelola emosinya dengan baik dan siap dengan kehamilan yang dijalaninya, latar belakang pola asuh yang ia dapat juga baik. Kalaupun perilakunya "ajaib" (menurut anggapan orang), arahnya cenderung positif. Umpamanya, ia begitu semangat menjalani kehamilan sampai setiap hari selalu berdendang. Sebaliknya, ibu hamil yang kepribadiannya belum matang akan mudah emosi; senang mencari perhatian, mudah stres, gampang marah/tersinggung, mudah sedih atau tertekan.

Penyakit yg berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau sebaliknya

PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN

                                                                  

1.      Penyakit jantung

Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dan berlangsungnya kehamilan, yang harus di penuhi dalam darah ibu. Banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu, dalam kehamilan selalu terjadi perubahan-perubahan dalam system kardiovaskular yang biasanya masih dalam batas-batas fisiologik

Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan:

  1. karena hidremia (hipervolemia)dalam kehamilan, yang sudah dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya antara 32 dan 36 minggu;
  2. karena uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, ke kiri, dan ke depan, sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan putaran.

Adams mendapatkan peningakatan volume plasma darah yang dimulai kira-kira akhir trimester pertama dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34, yang selanjutnya menetap selama trimester terakhir kehamilan, di mana volume darah bertambah sebesar 22%. Besar dan saat terjadinya peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah merah; hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional (pencairan darah)

            Setelah 12-24 jam pascapersalinan terjadi peningkatan volume plasma karena proses imbibisi cairan dari ekstravaskuler ke dalam pembuluh darah yang kemudian akan diikuti oleh periode diuresis pascapersalinan yang mengakibatkan terjadinya penurunan volume plasma (adanya hemokonsentrasi). Dua minggu pascapersalinan merupakan periode penyesuaian untuk kembali ke nilai volume plasma seperti sebelum hamil.
Dalam kehamilan frekuensi detik jantung agak meningkat dan nadi rata-rata mencapai 88 per menit dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan pula sering terdengan bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal. Kita harus waspada dalam membuat diagnosis penyakit jantung dalam kehamilan apbila di jumpai gejala-gejala seperti itu. Jadi hendaknya jangan kita membuat diagnosis penyakit jantung pada wanita yang tidak menderitanya, dan sebaliknya penyakit jantung jangan sampai tidak dikenal.

Saat-saat berbahaya bagi penderitra ialah:

1.      kehamilan 32-36 minggu apabila hipervolemia mencapai puncaknya.
2.      partus kala II apabila wanita mengerahkan tenasganya untuk meneran
3.      masa postpartum, karena dengan lahirnya plasenta anastomosis arteria-vena hilang dan darah yang sehrtusnya masuk kedalam ruang intervilus sekarang masuk ke dalam sirkulasi besar.

Dalam tiga hal tersebut diatas jantung harus bekerja lebih berat. Apabila tenaga volume cadangan jantung di lampau, maka terjadi dekompensasi kordisi; janting tidak sanggup lagi menunaikan tugasnya.

Perubahan volume plasma darah yang terjadi pada penderita penyakit jantung merupakan proses adaptasi sebagai upaya konpensasi untuk mengatasi kelainan yang ada dan jangka waktu kelainan yang timbul. Penderita dengan gangguan kardiovaskular mempunyai toleransi yang sangat buruk terhadap penurunan volume darah dan pada saat yang sama juga tidak beradaptasi terhadap kelebihan volume sirkulasi. Volume darah yang terdapat dalam sirkulasi penderita berada dalam keseimbangan sesuai dengan kelainan yang ada.

Perubahan volume darah yang di temukan pada penderita penyakit jantung dapat digolongkan dalam 3 kategori.

1)      Oligositemik-hipoplasmik-hipovolemia: keadaan ini di temukan pada penderita yang mengalami steonosis katup.
2)      Polisitemik-hiperplasmik-hipervolemia: di temukan pada penyakit jantung bawaan di mana terjadi campuran antara darah arteri dan vena, hubungan arteri dan vena, regurgitasi dan hambatan aliran darah.
3)      Polisitemik-normoplasmik atau hiperlasmik hipervolemia ditemukan pada penderita penyakit jantung bawaan, di mana terjadi campuran darah arteri dan vena yang hebat, tetraligy fallot, defek septum, dan patensi duktus arteriosus.

   Raharja, rachimhadhi, prihartono dan samil (1988) mendapatkan volume plasma pada kasus penyakit jantung kelainan katup dalam kehamilan, lebih rendah dari kehamilan normal baik pada usia kehamilan 32 minggu, partus kala I maupun saat dua minggu postpartum; dengan anemia sebagai penyerta yang sering di temukan.
Gejalah klinis tampak bahwa makin meningkat kelas fungsional penyakit jantung yang di derita, maka volume darah cenderung lebih rendah.

Sebaliknya penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik pada kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosi, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, kemudian disusul oleh abortus. Apabila konsepsinya dapat hidup terus, anak dapat lahir premature atau lahir cukup bulan akan tetapi dengan berat badan rendah (dismaturitas). Selain itu janin bisa menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan, sehingga neonatus lahir mati atau dengan nilai AFGAR rendah. Ditemukan konplikasi prematuritas dan BBRL pada penderita penyakit jantung dalam kehamilan lebih sering terjadi pada ibu dengan volume plasma pada usia kehamilan 32 minggu dan partus kala I yang lebih rendah. Juga nifas yang merupakan masa yang berbahaya dan mengancam keselamatan ibu.

Hampir semua kelainan kardiovaskuler, baik yang bawaan maupun yang di peroleh, baik yang organic maupun yang fungsionil, dapat dijumpai pada wanita hamil, hanya frekuensi masing-masing tidak sama. Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan kira-kira 1-4%; yang tersering ialah penyakit jantung akibat demam rheuma.
Suryadi dan samil RSCM mendapatkan 31 dari 39 (79,48%) kasus penyakit jantung dalam kehmilan adalah dengan kelainan katoup kronik, di mana 96,777% dengan kelainan katup mitral, 87,09% dengan kelainan dasar steonosis katup mitral. Sebagian kasus berada dalam kelompok kurun reproduksi sehat yaitu 20-29 tahun dengan paritas 2-5. pada tahun 1987 paritas ini bergeser menjadi lebih banyak pada paritas 0-1. disini tampak bahwa peran keluarga berencana cukup besar untuk dapat menurunkan kejadian penyakit jantung dalam kehamilan. Dalam tahu-tahun terakhir sering pula dijumpai kelainan jantung bawaan.

Diagnosis
Dari anamnesis sudah sering diketahui wanita itu penderita penyakit jantung, baik sejak masa sebelum ia hamil maupun dalam kehamilan-kehamilan yang terdahulu. Terutama penyakit demam rheuma mendapat perhatian khusus dalam anamnesis, walaupun bekas penderita demam rheuma tidak selalu menderita kelainan jantung.

Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria, satu di antaranya sudah cukup untuk membuat diagnosis penyakit jantung dalam kehamilan:

1)      Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus;
2)      Pembesaran jantung yang jelas;
3)      Bising jantung yang nyaring, terutama bila disertai thyill;
4)      Aritmia yang berat.

Wanita  hamil yang tidak menunjukkan salah satu gejala tersebut di atas jarang menderita penyakit jantung. Penyakit jantung berat tidak sulit untuk di kenal. Akan tetapi, karena diagnosis penyakit jantung dalam kehamilan lebih sulit seperti  di jelaskan di atas, maka jika ada kemungkinan adanya penyakit  tersebut harus di minta pendapat seorang dokter yang lebih ahli. Bising diastolic atau presistolik  yang di sertai pembesaran jantung yang cukup khas bagi stenosis mitralis akibat demam rheuma.

Klisifikasi penyakit jantung  dalam kehamilan

Klasifiakasi penyakit jantung yang sifatnya fungsionil dan berdasarkan keluhan-keluhan yang dahulu dan sekarang di alami oleh penderita-seperti telah di terima oleh New York Heart Association- sangat praktis dalam penanggulangan dan penentuan prognosis penyakit jantung dalam kehamilan.
Klasifikasi itu sebagai berikut.

Kelas I
Para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik, dan tanpa gejala-gejala penyakit jantung apabila mereka melakukan kegiatan biasa.

Kelas II
Para penderita penyakit jantung dengan  sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala-gejala insufiensi jantung, seperti kelelahan, jantung berdebar (palpitasi kordis), sesak nafas atau angina pectoris.

Kelas III
Para penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa menimbulkan gejala-gejala insufiensi jantung seperti di sebut dalam kelas II.

Kelas IV
Para penderita penyakit jantung yang tidak mapu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat timbul gejalah-gejalah insufiensi jantung, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik walaupun yang sangat ringan.

Penanganan
Penanganan wanita hamil dengan penyakit jantung, yang sebaiknya di lakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau kardiog, banyak ditentukan oleh kemampuan fungsionil jantungnya.

Kelainan penyerta sebagai factor predisposisi yang dapat memperburuk fungsi jantung ialah: 1) peningkatan usia penderita dengan penyakit jantung hipertensi dan superimposed preeklamsia dan eklamsia; 2) aritmia jantung .atau hipertrofi ventrikel kiri; 3) riwayat dekompensasi kondisi; 4) anemia.

Sebaliknya, Hipotensi juga tidak baik, terutama pada wanita dengan septum terbuka. Apabila hal-hal di atas tidak di cegah, maka penderita masuk ke kelas yang lebih tinggi. Kenaikan berat badan yang berlebihan, infejksi, serta retensi air harus di cegah, dan anemia harus di obati.

Pengobatan dan penatalaksanaan penyakit jantung dalam kehamilan tergantung pada derajat fungsionilnya, dan ini harus ditemukan pada setiap kunjungan periksa hamil.

Kelas I
Tidak ada pengobatan tambahan yang di butuhkan

Kelas II
Umumnya penderita pada keadaan ini tidak membutuhkan pengobatan tambahan, tetapi mereka harus menghindari aktifitas yang berlebihan, terutama pada kehamilan usia 28-32 minggu.

Kelas III
Yang terbaik bagi penderita seperti ini adalah di rawat di rumah sakit selama hamil, terutama pada usia kehamilan 28 minggu. Biasanya dibutuhkan pemberian diuretika.

Kelas IV
Penderita dalam keadaan ini mempunyai resiko yang besar dan harus di rawat di rumah sakit selama kehamilannya.

Apabila timbul gejala-gejala dekonfensasi kordis, wanita harus segera di rawat dan digolongkan kedalam kelas satu tingkat lebih tinggi.penderita harus istirahat baring dan diberi pengobatan dengan digitalis. Dalam persalingan diperlukan pengawasan khusus dan sedapat-dapatnya diusahakan partus pervaginam. Seksio sesarea hanya dapat dilakukan atas indikasi obstetric, seperti plasenta previa dan disproporsi sefalo-pelvik.
Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Rasa nyeri dan penderitaaan perlu dikurangi, lebih-lebih apabila persalinan akan diperkirakan berlangsung cukup lama. Pendekatan secara psikologis supaya ibu tetap tenang dan merasa aman mempunyai pengaruh yang sangat baik. Untuk mencegah timbulnya dekompensasi kordis sebaiknya dibuat daftar pengawasan khusus untuk pencatatan nadi dan pernapasan secara berkala : dalam kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit. Apabila nadi menjadi lebih dari 100/menit dan pernapasan lebih dari 28/menit, lebih-lebih apabila disertai sesak napas, maka keadaan sangat berbahaya ( dekompensasi kordis membakat ) dan wanita harus diobati dengan digitalis. Biasanya disuntik intravena perlahan-lahan dengan delabosit 1,2 mg – 1,6 mg dengan dosis permulaan 0,8 mg. suntikan dapat diulang satu atau dua kali lagi dengan selang waktu 1-2 jam. Disamping itu pemberian oksigen, morfin (10-15 mg) dan diuretikum, seperti furosemik (lasix), bemanfaat pula.

Sistem reproduksi dan masalahnya

Sistem reproduksi dan masalahnya

Indonesia dengan situasi geografisnya terdapat 1.300 pulau besar dan kecil, penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan belum memadai, sehingga menyebabkan kurang kemampuan dalam menjangkau tingkat kesehatan tertentu.
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA).
Indonesia merupakan negara berkembang dan anggota ASEAN yang mempunyai angka kematian ibu (AKI) tertinggi.
Sedangkan angka kematian anak di Indonesia 70/1.000. Dengan demikian masalah ini merupakan tantangan besar bagi upaya meningkatkan sumber daya manusia.
Sebagai ketetapan yang dimaksudkan dengan kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa risiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal. Dalam survei yang dilakukan oleh WHO, menetapkan 5 jenis ketentuan sebagai !criteria klasifikasi wanita yaitu kesehatan, perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan persamaan.
Sadar akan keadaan demikian, pemerintah dan diikuti oleh kalangan swasta telah mendirikan pusat-pusat kesehatan untuk mendekatkan pelayanan terhadap masyarakat. Di samping itu penyebaran Bidan di Desa merupakan gagasan pemerintah untuk menggantikan peranan dukun yang masih dominan di tengah masyarkat, sehingga mendapatkan pelayanan yang bermutu dan menyeluruh. Meskipun angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA) masih belum dapat diturunkan secara berarti. Keadaan ini dapat berubah bila mengikutsertakan masyarakat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan, dengan secara aktif mengambil bagian untuk memelihara kesehatannya.
Di samping itu dalam pelayanan dan pertolongan persalinan telah diupayakan dengan memakai sistem partograf WHO, sehingga ibu hamil dan bersalin dikirimkan pada tingkat garis “waspada.” Keberhasilan dalam pelaksanaan gagasan ini bergantung pada kemampuan dalam memberi pengawasan selama hamil (antenatal) serta konsultasi gizi.
Keluarga berencana juga memegang peranan penting untuk dapat mengatur jarak kehamilan, mengatur jumlah kehamilan (sehingga komplikasi dapat ditekan), dan meningkatkan usia kawin dan hamil sampai mencapai masa reproduksi sehat,
Dengan demikian kesehatan reproduksi merupakan masalah vital dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan reproduksi tidak dapat diselesaikan dengan jalan melakukan tindakan kuratif (pengobatan), tetapi merupakan masalah masyarakat yang masih dapat diperbaiki. Indonesia dianggap telah berhasil untuk mengatur kesehatan reproduksi melalui gerakan keluarga berencana, Melalui penurunan tingkat kelahiran, ditambah makin meningkatnya kesehatan, AKI dapat menurun secara berarti, sedangkan AKA dapat diturunkan menjadi 56/1.000 persalinan.
Meskipun demikian upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan wanita melalui perluasan lapangan kerja, meningkatkan pendidikan, dan persamaan kewajiban dan hak, masih memerlukan perjuangan untuk dapat ikut serta menurunkan angka kematian dan meningkatkan kesehatan wanita khususnya kesehatan reproduksi.
Di lain pihak yang mengecewakan adalah makin meningkatnya faktor infeksi alat reproduksi, oleh karena terjadi semacam revolusi seksual yang menjurus ke arah liberalisasi, dengan makin derasnya arus informasi pada era globalisasi dunia. Infeksi mempunyai akibat yang menyedihkan pada kesehatan reproduksi yang berakhir dengan infertilitas (kemandulan) dan meningkatnya kejadian kehamilan ektopik.
Untuk mencapai sasaran agar tercapai kesehatan alat reproduksi sehingga dapat menghasilkan generasi sehat rohani dan jasmani, perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan dan diagnosis dini, melalui pengobatan yang tepat dan berhasil guna. Dapat dikatakan alat reproduksi adalah alat untuk prokreasi dan kreasi diupayakan semaksimal mungkin sehingga tercapai well health motherfir well born baby.
Dengan tercapainya kesejahteraan masyarakat diharapkan tercapai kesehatan reproduksi yang prima, dan dapat menghasilkan status politik, sosial-ekonomi, budaya, ketahanan dan keamanan keluarga (poleksosbudhankam) tinggi, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas individu (manusia) dan akhirnya secara berantai dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian melalui pembangunan diharapkan dapat mengubah lingkaran kemiskinan menjadi lingkaran kesejahteraan, sehingga kesehatan umum masyarakat dan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan generasi yang berkualitas. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa pada masa remaja penekanannya pada bagaimana menghindari bahaya infeksi alat reproduksi sehingga terhindar dari komplikasi, masa reproduksi kesehatannya dapat dijaga dengan memanfaatkan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval keharnilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi.
Pertolongan persalinan berorientasi pada “well health mother for well born baby” melalui persalinan yang tidak menimbulkan trauma (tidak membahayakan) dengan persalinan spontan, tindakan operasi ringan persalinan dan seksio sesarea. Permintaan persalinan seksio sesarea (melalui operasi dinding perut) akan meningkat, juga permintaan untuk KB dengan metode operasi wanita (MOW) melalui teknik vasektomi.
Pada masa menopause, pascamenopause, dan senium penekanan ditujukan pada penyakit degenerasi, sehingga diagnosis dini sangat penting.

Sistem reproduksi dan masalahnya

Sistem reproduksi dan masalahnya

Indonesia dengan situasi geografisnya terdapat 1.300 pulau besar dan kecil, penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan belum memadai, sehingga menyebabkan kurang kemampuan dalam menjangkau tingkat kesehatan tertentu.
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA).
Indonesia merupakan negara berkembang dan anggota ASEAN yang mempunyai angka kematian ibu (AKI) tertinggi.
Sedangkan angka kematian anak di Indonesia 70/1.000. Dengan demikian masalah ini merupakan tantangan besar bagi upaya meningkatkan sumber daya manusia.
Sebagai ketetapan yang dimaksudkan dengan kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa risiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal. Dalam survei yang dilakukan oleh WHO, menetapkan 5 jenis ketentuan sebagai !criteria klasifikasi wanita yaitu kesehatan, perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan persamaan.
Sadar akan keadaan demikian, pemerintah dan diikuti oleh kalangan swasta telah mendirikan pusat-pusat kesehatan untuk mendekatkan pelayanan terhadap masyarakat. Di samping itu penyebaran Bidan di Desa merupakan gagasan pemerintah untuk menggantikan peranan dukun yang masih dominan di tengah masyarkat, sehingga mendapatkan pelayanan yang bermutu dan menyeluruh. Meskipun angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA) masih belum dapat diturunkan secara berarti. Keadaan ini dapat berubah bila mengikutsertakan masyarakat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan, dengan secara aktif mengambil bagian untuk memelihara kesehatannya.
Di samping itu dalam pelayanan dan pertolongan persalinan telah diupayakan dengan memakai sistem partograf WHO, sehingga ibu hamil dan bersalin dikirimkan pada tingkat garis “waspada.” Keberhasilan dalam pelaksanaan gagasan ini bergantung pada kemampuan dalam memberi pengawasan selama hamil (antenatal) serta konsultasi gizi.
Keluarga berencana juga memegang peranan penting untuk dapat mengatur jarak kehamilan, mengatur jumlah kehamilan (sehingga komplikasi dapat ditekan), dan meningkatkan usia kawin dan hamil sampai mencapai masa reproduksi sehat,
Dengan demikian kesehatan reproduksi merupakan masalah vital dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan reproduksi tidak dapat diselesaikan dengan jalan melakukan tindakan kuratif (pengobatan), tetapi merupakan masalah masyarakat yang masih dapat diperbaiki. Indonesia dianggap telah berhasil untuk mengatur kesehatan reproduksi melalui gerakan keluarga berencana, Melalui penurunan tingkat kelahiran, ditambah makin meningkatnya kesehatan, AKI dapat menurun secara berarti, sedangkan AKA dapat diturunkan menjadi 56/1.000 persalinan.
Meskipun demikian upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan wanita melalui perluasan lapangan kerja, meningkatkan pendidikan, dan persamaan kewajiban dan hak, masih memerlukan perjuangan untuk dapat ikut serta menurunkan angka kematian dan meningkatkan kesehatan wanita khususnya kesehatan reproduksi.
Di lain pihak yang mengecewakan adalah makin meningkatnya faktor infeksi alat reproduksi, oleh karena terjadi semacam revolusi seksual yang menjurus ke arah liberalisasi, dengan makin derasnya arus informasi pada era globalisasi dunia. Infeksi mempunyai akibat yang menyedihkan pada kesehatan reproduksi yang berakhir dengan infertilitas (kemandulan) dan meningkatnya kejadian kehamilan ektopik.
Untuk mencapai sasaran agar tercapai kesehatan alat reproduksi sehingga dapat menghasilkan generasi sehat rohani dan jasmani, perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan dan diagnosis dini, melalui pengobatan yang tepat dan berhasil guna. Dapat dikatakan alat reproduksi adalah alat untuk prokreasi dan kreasi diupayakan semaksimal mungkin sehingga tercapai well health motherfir well born baby.
Dengan tercapainya kesejahteraan masyarakat diharapkan tercapai kesehatan reproduksi yang prima, dan dapat menghasilkan status politik, sosial-ekonomi, budaya, ketahanan dan keamanan keluarga (poleksosbudhankam) tinggi, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas individu (manusia) dan akhirnya secara berantai dapat meningkatkan kualitas masyarakat dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian melalui pembangunan diharapkan dapat mengubah lingkaran kemiskinan menjadi lingkaran kesejahteraan, sehingga kesehatan umum masyarakat dan kesehatan reproduksi dapat meningkatkan generasi yang berkualitas. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa pada masa remaja penekanannya pada bagaimana menghindari bahaya infeksi alat reproduksi sehingga terhindar dari komplikasi, masa reproduksi kesehatannya dapat dijaga dengan memanfaatkan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval keharnilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi.
Pertolongan persalinan berorientasi pada “well health mother for well born baby” melalui persalinan yang tidak menimbulkan trauma (tidak membahayakan) dengan persalinan spontan, tindakan operasi ringan persalinan dan seksio sesarea. Permintaan persalinan seksio sesarea (melalui operasi dinding perut) akan meningkat, juga permintaan untuk KB dengan metode operasi wanita (MOW) melalui teknik vasektomi.
Pada masa menopause, pascamenopause, dan senium penekanan ditujukan pada penyakit degenerasi, sehingga diagnosis dini sangat penting.

perkawinan yang sehat

Perkawinan yang sehat
Adalah perkawinan yang didasari ikatan lahir dan batin yang diikat dalam perkawinan yang sah antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga yang bahagia berdasar ketuhanan Yang Maha Esa).
Usia terbaik untuk melangsungkan perkawinan untuk pria adalah 25 tahun atau lebih, sedangkan untuk wanita adalah 20 tahun atau lebih, pria dan wanita tersebut dianggap sudah dewasa, sehat jasmani, matang rohani dan sosial.
Tujuan dari batasan umur ini adalah :
1. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada generasi muda untuk mempertimbangkan yang berkaitan dengan keluarga berencana, kesiapan fisik, mental, sosial dan ekonomi.
2. Mempersiapkan masa reproduksi seorang ibu.
3. Meningkatkan kesejahteraan atau kesehatan ibu dan anak.
4. Perkawinan usia muda mengandung resiko terjadinya penyulitan kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan anak.

Keluarga sehat

Ibu Penuh Cinta, Anak Tumbuh Sehat

sumber : http://health.kompas.com/read/2011/09/28/08434695/Ibu.Penuh.Cinta.Anak.Tumbuh.Sehat
Kompas.com – Bukan rahasia jika anak-anak yang berasal dari keluarga
miskin lebih rentan menderita penyakit di usia dewasa. Tidak sedikit
pula literatur yang menyatakan anak-anak dari keluarga dengan status
ekonomi rendah lebih sering menderita penyakit flu dan jantung.
Anak yang berasal dari orangtua yang berpendidikan rendah juga lebih
beresiko menderita sindom metabolik, kumpulan gejala penyakit kronik,
seperti hipertensi, gula darah tinggi, serta lemak perut.
Kendati begitu, dampak dari keterbatasan ekonomi bagi kesehatan itu bisa
ditangkal jika anak-anak tersebut memiliki ibu yang mengasuh penuh
perhatian.
Dalam studi yang dilakukan tim dari Universitas British Columbia,
psikolog Gregory Miller menganalisa data 1.200 orang dewasa yang pada
masa kecilnya berasal dari keluarga miskin. Para peneliti kemudian
melakukan survei pada responden untuk mengetahui kadar perhatian ibu mereka.
Para peneliti menemukan, meski dari keluarga miskin namun anak-anak yang
diasuh oleh ibu yang memberi perhatian penuh pada kebutuhan emosional
anak dan memiliki ikatan yang kuat dengan anaknya, akan tumbuh menjadi
anak yang sehat.
Dalam laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science,
para peneliti menyebutkan stres yang dialami anak berpengaruh pada
tumbuh kembangnya dan secara permanen mempengaruhi kemampuan tubuh anak
melawan infeksi.
Karena itu ibu yang penuh perhatian dan mengasuh anaknya dengan baik
akan meningkatkan kesehatan anak di masa depan. “Risiko penyakit yang
dihadapi anak-anak dari keluarga miskin itu bisa dikurangi jika
orangtuanya memberi perhatian pada tumbuh kembang anak,” kata Miller.
Miller menyarankan, untuk menumbuhkan anak yang sehat, orangtua dan guru
di sekolah harus bisa mengajarkan cara pengendalian stres, memberikan
contoh yang baik dalam mengelola emosi dan memberikan rasa aman pada anak.

Asupan Zinc Berlebih Memicu Epilepsi

http://health.kompas.com/read/2011/09/24/11161241/Asupan.Zinc.Berlebih.Memicu.Epilepsi
KOMPAS.com – Zinc (seng) adalah mineral penting yang terdapat pada
hampir setiap sel. Riset terbaru menunjukkan seng memainkan peran kunci
dalam meningkatakan memori seseorang. Tetapi harus diingat pula, asupan
zinc yang berlebih justru dapat memicu serangan epilepsi.
Temuan ini dipublikasikan dalam Journal Neuron. Peneliti berkesimpulan,
seng berperan penting dalam membentuk komunikasi antara neuron-neuron di
bagian otak besar (hippocampus), yang merupakan pusat memori dan
pembelajaran.
“Kami menemukan bahwa seng penting untuk mengontrol efisiensi antara dua
populasi sel saraf di hippocampus, kata peneliti utama Dr James
McNamara, dari Duke University Medical Center, North Carolina, AS.
Penelitian ini berdasarkan hasil uji coba pada tikus, dimana para
ilmuwan menggunakan bahan kimia pengikat seng. Tanpa adanya mineral,
komunikasi antara neuron pada otak tikus mengalami kerusakan. Meski
begitu, McNamara mengakui masih sedikit temuan yang menunjukkan adanya
hubungan antara konsumsi zinc dengan peningkatan memori.
Disamping itu, McNamara juga memperingatkan agar masyarakat tetap
berhati-hati khususnya dalam mengonsumsi suplemen yang mengandung zinc.
“Diperlukan kehati-hatian dalam mengonsumsi zinc karena selain penting
untuk memori, asupan zinc yang berlebih juga dapat mengembangkan
serangan epilepsi,”katanya.
Zinc dapat ditemukan di berbagai macam makanan seperti biji-bijian,
kacang-kacangan, beberapa makanan laut tertentu, padi-padian dan gandum,
sereal dan produk susu. Namun, kandungan zinc paling banyak dapat
ditemukan pada tiram.

10 Salah Asuh

sumber : http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/10.salah.asuh/001/007/1101/3
Bukan cuma anak yang bisa salah. Orang tua pun bisa salah. Coba cek, apakah Anda pernah melakukan kesalahan terhadap anak saat mengasuhnya.
1. Tidak peduli kebutuhan dasar anak. Mungkin Anda mengira apa yang sudah Anda berikan kepada anak adalah yang terbaik. Sekolah mahal, mainan banyak dan selalu baru, memberinya les musik, menari, melukis. Tapi, waktu Anda untuk bertemu anak dan memanfaatkan waktu bersamanya hanya dua kali dalam enam bulan. Betulkah itu kebutuhan anak? Berikan diri Anda sebagai kebutuhan dasar anak. Berikan waktu Anda, curahkan perhatian Anda, dengarkan kisah-kisahnya yang lugu, lucu dan ajaib.
2. Perlakukan anak seperti orang dewasa. Banyak tuntutan tak masuk akal terhadap anak. Makan tak boleh berceceran, pakai baju harus match tanpa diajari, tidak boleh salah, harus cepat mengambil keputusan dan lain-lain. Anda menjadikan diri Anda sebagai standar. Tuntut anak sesuai dengan milestone atau tahap perkembangannya. Pahami tahap perkembangannya, ikuti iramanya. Pahami jalan pikirannya. Logika anak-anak jauh dari sempurna. Otaknya masih tumbuh, demikian pun fisiknya.
3. Dilayani habis-habisan. Mengambil buku di kamar, mengambil sepatu di rak sepatu atau mengambil minum di dapur harus Anda atau pengasuhnya yang mengambilkan. Ia diperlakukan sebagai bayi yang belum mampu melakukan apapun. Berikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu yang seharusnya sudah bisa ia lakukan. Bila perlu, sedikan tempat yang mudah ia gapai untuk mempermudah apapun yang ia butuhkan. Misalnya meja kecil untuk meletakkan gelasnya. Merasa diri mampu melakukan segala sesuatu sendiri, akan meningkatkan harga diri anak.
4. Tidak pernah berkata ‘tidak’. Kata “YA” selalu keluar dari mulut Anda. Bukan hanya pada sebuah pernyataan anak seperti “Gambar aku bagus, bunda?” Tapi juga untuk semua permintaannya. Ketika Anda pelit mengatakan ‘TIDAK,’ Anda tak peduli pada anak. Anda hanya peduli pada diri Anda, tak mau repot-repot konflik dengan anak. Anda tak mau berpikir, mengapa Anda mengatakan ‘tidak.’ Gunakan kata ‘YA’ dan ‘TIDAK’ secara adil. Pikirkan sebelum mengatakan ‘YA’ atau ‘TIDAK’ karena anak harus tahu mengapa dia mendapatkan jawaban itu. Terutama untuk bereksplorasi, dua kata ini sangat penting.
5. Bicara dengan bahasa yang kacau. Tidak ada standar bahasa yang jelas. Anda sesekali berkata ‘utu’ untuk ‘lucu’, ‘acih’ untuk ‘terima kasih’ atau ‘pepe’ untuk sebutan vagina. Terdengar lucu saat mengucapkan kata-kata itu, tapi jelas-jelas membingungkan anak. Bicara sesuai dengan kaidah bahasa. Ucapkan kata-kata dengan benar, tak perlu mengikuti anak bicara dengan ucapan cadel. Dia memang belum fasih bicara karena perkembangan bicaranya juga belum sempurna. Si kecil butuh role model untuk mengenal dan meniru. Jangan ragu untuk mengenalkan banyak kata kepada anak, bisa melalui lagu, buku atau film.
6. Tidak ada disiplin. Meletakkan tas sekolah di kolong meja, meletakkan sepatu di kursi tamu, ada sendok di rak buku. Menyedihkan sekali kondisi rumah si kecil. Sama seperti di jalan raya yang punya aturan, di rumah pun harus ada aturan karena aturan dibuah demi keamanan dan kenyamanan bersama. Ajarkan disiplin pada anak sejak dini. Buat daftar apa saja yang harus dipatuhi oleh semua penghuni rumah, agar semua anggota keluarga bersikap konsisten menjalaninya. Khusus untuk anak, Anda bisa membantu mengingatkannya bahwa sepatu tempatnya bukan di sofa, tas sekolah bukan di kolong meja tempatnya.
7. Tidak dituntut untuk menghormati orang tua. Demi menjaga keakraban dengan anak atau dianggap sebagai teman yang menyenangkan, Anda berperilaku seperti teman sebayanya. Atau Anda malah membiarkan si kecil memanggil Anda dengan sebutan nama atau dengan ucapkan “eh”. Tak ada batasan antara pemegang otoritas dan yang harus mematuhinya. Berlakukan konsep menghormati orang tua, apalagi Anda hidup dengan budaya timur. Mengucapkan salam saat bertemu orang lain, membungkuk ketika berjalan di depan orang yang lebih tua, sudah menjadi tata karma yang harus diikuti oleh anak.
8. Memberi hadiah berlebihan. Karena tak punya waktu untuk anak, Anda menggantikan kehadiran Anda dengan hadiah. Saat Anda sedang berjuang untuk mendorong anak melakukan yang terbaik, Anda juga memberikan hadiah yang berlebihan atau tidak seharusnya ia dapatkan. Misalnya Anda memberikan hadiah sepeda karena anak berhasil membereskan tempat tidurnya. Berikan penghargaan atau hadiah sesuai dengan usaha yang anak lakukan. Hadiah tak harus berupa benda. Ucapan atau pujian seperti “Kamu hebat” atau “Kamu pintar” dapat Anda gunakan. Fungsi hadiah sebenarnya adalah menghargai apa yang sudah dilakukan oleh anak.
9. Dibiarkan jauh dari Anda. Anda sudah ajarkan pada anak tentang siapa nama orang tuanya, tempat tinggalnya, nomor telepon Anda, atau harus menghubungi satpam bila kehilangan Anda. Tapi, bukan berarti Anda memberikan kepercayaan penuh pada anak untuk berada jauh dari jangkauan Anda. Usahakan anak selalu berada dalam pengawasan mata Anda saat berada di tempat umum. Selain Anda tidak mengetahui bahaya apa yang akan mengancam dari lingkungan, hati-hati juga dengan kemampuan logika atau berpikir anak. Kasus anak terjepit eskalator atau jatuh dari lantai atas tidak sedikit, bukan?
10. Tidak mengijinkan anak menjadi anak. Memaksakan selera atau mimpi Anda kepada anak, dilakukan para orang tua dari generasi ke generasi. Segala hal harus sesuai dengan kehendak Anda, jika tidak mau maka teror pun Anda lakukan. Misalnya menurut Anda pakaian t-shirt dengan rok jeans yang warnanya senada itu pakaian yang paling bagus untuk anak. Sedangkan menurut anak rok kotak-kotak berwarna merah dengan t-shirt kuning garis-garis sudah sangat keren. Dengarkan pendapat anak. Ia memang masih kecil, tapi tidak berarti suaranya tidak didengar oleh Anda atau orang dewasa . Saat Anda mau mendengarkan pendapatnya, ini juga menjadi cara untuk ajarkan anak belajar mendengarkan orang lain.

Pemeliharaan kesehatan calon ibu

Upaya Promosi Kesehatan

UPAYA PROMOSI KESEHATAN
Eny Retna Ambarwati


Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.
Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di lakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam pelayanan agar peran serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok masyarakat di dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana meningkat. Ini sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat.
Upaya promosi kesehatan dalam pelayanan kebidanan meliputi :
A. Upaya Promotif.
Adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu meningkatkan kesehatannya, kelompok orang sehat meningkat dan kelompok orang sakit menurun. Bentuk kegiatannya adalah pendidikan kesehatan tentang cara memelihara kesehatan.
B. Upaya Preventif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit. Sasarannya adalah kelompok orang resiko tinggi. Tujuannya untuk mencegah kelompok resiko tinggi agar tidak jatuh/ menjadi sakit (primary prevention). Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care, postnatal care, perinatal dan neonatal.
C. Upaya Kuratif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis. Tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah (secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah pengobatan.
D. Upaya Rehabilitatif
Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention).

A. PROMOSI KESEHATAN PRANIKAH
Promosi kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada masyarakat reproduktip pranikah.
Pelayanan kebidanan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu. Remaja wanita yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi kesehatannya. Kepada para remaja di beri pengertian tentang hubungan seksual yang sehat, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan dan pengetahuan tentang proses kehamilan dan persalinan, pemeliharaan kesehatan dalam masa pra dan pasca kehamilan.
Promosi kesehatan pada masa pra kehamilan disampaikan kepada kelompok remaja wanita atau pada wanita yang akan menikah. Penyampaian nasehat tentang kesehatan pada masa pranikah ini disesuaikan dengan tingkat intelektual para calon ibu. Nasehat yang di berikan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti karena informasi yang di berikan bersifat pribadi dan sensitif.
Remaja calon ibu yang mengalami masalah kesehatan akibat gangguan sistem reproduksinya segera di tangani. Gangguan sistem reproduksi tidak berdiri sendiri. Gangguan tersebut dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologi dan lingkungan sosial remaja itu sendiri. Bila masalah kesehatan remaja tersebut sangat komplek, perlu dikonsultasikan keahli yang relevan atau dirujuk ke unit pelayanan kesehatan yang pasilitas pelayanannya lebih lengkap. Faktor keluarga juga turut mempengaruhi kondisi kesehatah para remaja yang akan memasuki pintu gerbang pernikahan. Bidan dapat menggunakan pengaruh keluarga untuk memperkuat mental remaja dalam memasuki masa perkawianan dan kehamilan.
Pemeriksaan kesehatan bagi remaja yang akan menikah di anjurkan. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah untuk mengetahui secara dini tentang kondisi kesehatan para remaja. Bila di temukan penyakit atau kelainan di dalam diri remaja, maka tindakan pengobatan dapat segera dilakukan. Bila penyakit atau kelainan tersebut tidak diatasi maka di upayakan agar remaja tersebut berupaya untuk menjaga agar masalahnya tidak bertambah berat atau menular kepada pasangannya. Misalnya remaja yang menderita penyakit jantung, bila hamil secara teratur harus memeriksakan kesehatannya kepada dokter. Remaja yang menderita AIDS harus menjaga pasanganya agar tidak terkena virus HIV. Caranya adalah agar menggunakan kondom saat besrsenggama, bila menikah. Upaya pemeliharaan kesehatan bagi para calon ibu ini dapat dilakukan melalui kelompok atau kumpulan para remaja seperti karang taruna, pramuka, organisaai wanita remaja dan sebagainya. Para remaja yang terhimpu di dalam organisasi masyarakat perlu diorganisasikan agar pelayanan kesehatan dan kesiapan dalam menghadapi untuk menjadi istri dapat di lakukan dengan baik.
Pembinaan kesehatan remaja terutama wanitanya, tidak hanya ditujukan semata kepada masalah gangguan kesehatan (penyakit sistem reproduksi). Fakta perkembangan psikologis dan sosial perlu diperhatikan dalam membina kesehatan remaja.
Remaja yang tumbuh kembang secara biologis diikuti oleh perkembangan psikologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu diketahui. Remaja yang berjiwa muda memiliki sifat menantang, sesuatu yang dianggap kaku dan kolot serta ingin akan kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka. Pendekatan keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan melalui bahasa remaja. Bimbingan terhadap remaja antara lain mencakup :
1. Perkawinan yang sehat
Bagaimana mempersiapkan diri ditinjau dari sudut kesehatan , menghadapi perkawinan, disampaikan kepada remaja. Pekawinan bukan hanya sekedar hubungan antara suami dan istri. Perkawinan memberikan buah untuk menghasilkan turunan. Bayi yang dilahirkan juga adalah bayi yang sehat dan direncanakan.
2. Keluarga yang sehat
Kepada remaja disampaikan tentang keluarga sehat dan cara mewujudkan serta membinanya. Keluaga yang diidamkan adalah kelurga yang memiliki norma keluaga kecil, bahagia dan sejahtera. Jumlah keluaga yang ideal adalah suami, istri dan 2 anak. Keluarga bahagia adalah keluarga yang aman, tentram disertai rasa ketakwaan kepada Tuhan YME. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang sosial ekonominya mendukung kehidupan anggota keluarganya.dan mampu menabung untuk persiapan masa depan. Selain itu keluarga sejahtera juga dapat membantu dan mendorong peningkatan taraf hidup keluarga lain.
3. Sistem reproduksi dan masalahnya
Tidak semua remaja mmemahami sistem reproduksi manusia. Membicarakan sistem reproduksi dianggap tabu dibeberapa kalangan remaja. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pada masa kehamilan, persalinan, pasca persalinan dijelaskan.Penjelasan juga diberikan mengenai perawatan bayi. Gangguan sistem reproduksi yang dijelaskan seperti gangguan menstruasi, kelainan sistem reproduksi dan penyakit. Penyakit sistem reproduksi yang dimaksud seperti penyakit-penyakiit hubungan seksual, HIV /AIDS dan tumor.
4. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan atau sebaliknya.
Remaja yang siap sebagai ibu harus dapat mengetahui penyakit- penyakit yang memberatkan kehamilan atau persalinan atau juga penyakit yang akan membahayakan dalam masa kehamilan atau persalianan. Penyakit-penyakit tersebut perlu dijelaskan.
Penyakit yang perlu dan penting dijelaskan sewaktu mengadakan bimbingan antara lain penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi, DM, anemia, tumor.
5. Sikap dan perilaku pada masa kehamilan dan persalinan
Perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi pada masa kehamilan dan persalinan. Akibat perubahan sikap dan perilaku akan mengganggu kesehatan, misalnya pada masa hamil muda terjadi gangguan psikologi misalnya benci terhadap seseorang (suami) atau benda tertentu. Emosi yang berlebihan dimungkinkan akibat perubahan perilaku. Pada masa persalinan atau pasca persalinan gangguan jiwa mungkin terjadi.
Disamping hal tersebut diatas masih ada lagi permasalahn remaja dan dikaitkan dengan kesehatan keluarga. Bidan harus dapat memberikan bimbingan sewaktu remaja berkonsultasi atau memberikan penyuluhan. Bila masalah remaja menyangkut bidang alin maka dapat dirujuk pada yang lebih ahli. Misalnya bila remaja merasa ketakutan yang amat sangat dalam menghadapi kehamilan dapat dirujuk kedokter spesialis jiwa atau ke psikolog.
Bimbingan remaja dilakukan melalui organisasi remaja seperti karang taruna , pramuka, organisasi pelajar, mahasiswa dan pemuda.

B. PROMOSI KESEHATAN SAAT HAMIL
Salah satu unsur yang penting untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah memelihara kesehatan ibu hamil. Bidan harus memiliki data ibu hamil yang berada diwilayah kerjanya. Data ini dapat diperoleh dari pencatatan yang dilakukan sendiri atua dari kantor desa/ kelurahan. Dari data tersebut dapat diatur strategi pemeliharaan kesehatan ibu hamil.
Semua ibu hamil dianjurkan agar memeriksakan kesehatan dirinya sedini mungkin. Anjuran tersebut disampaikan kepada masyarakat melalui kelompok ibu-ibu atau pemimpn desa. Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 kali, yaitu pada Trimester pertama 1 kali, Trimester dua 1 kali dan pada Trimester tiga 2 kali.
Pada ibu hamil dengan resiko tinggi pemeriksaan dilakukan lebih sering dan intensif. Untuk itu bidan harus mengadakan pendekatan langsung kepada ibu hamil atau pendekatan dapat dilakukan melalui dukun terlatih, kader posyandu, atau peminat KIA.
Melalui pemeriksaan teratur dapat diketahui perkembangan kesehatan ibu. Bila ditemukan adanya gangguan kesehatan, tindakan dapat dilakukan sesegera mungkin.
Pemeriksaan kesehatan ibu dilakukan dengan menggunnakan pendekatan menajemen kebidaanan. Didalam menajemen kebidanan pemeriksaan kesehatan mencakup langkah identifikasi dan analisa masalah serta penentuan diagnosa.
Pemeriksaan dimulai dengan pengumpulan data subyektif yang dilakukan dengan wawancara atau anamnesa, lalu dilanjutka pengumpulan data obyektif yang dilakukan dengan pemeriksaan fisik, melakukan diagnosa, rencana asuahn dan tindaka.

C. PROMOSI KESEHATAN PERSALINAN
Persalinan adalah suatu hal yang dihayati. Walaupun demikian ibu dalam masa persalinan memerlukan bantuan bidan. Kehadiran bidan sewaktu ibu dalam masa persalinan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayinya melalui bimbingan dan bantuan agar persalinan terjadi secara fisiologis didalam kondisi lingkungan yang sehat.
1. Kala pertama
Awal kala pertama di tunjukan dengan kontraksi uterus ringan. Rasa sakit mulai dari punggung dan meluas ke perut bawah. Kontraksi ini biasanya terjadi setiap 10 sampai 15 menit dan berlangsung selama 30 detik. Dari vagina keluar cairan berlendir dan campuran sedikit darah.
Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk menentukan letak dan denyut jantung bayi. Denyut jantung bayi diperiksa setiap 4 jam. Tanda vital ibu juga diperiksa setiap 4 jam. Ibu diberi tahu bahwa persalinan mulai dan upayakan agar ibu tenang.
Bila ketuban belum pecah ibu diperkenankan berjalan atau melakukan pekerjaan biasa. Bila kontraksi uterus semakin kuat setiap 3-5 menit. Pemeriksaan dalam dilakukan. Dalam kondisi demikian serviks membuka dari 3 sampai 8 cm. Diperiksa apakah ketuban sudah pecah.
Ibu mungkin merasa cemas, sangat tidak enak, nyeri dan tekanan pada panggul bertambah. Bidan selalu berada disamping pasien ibu ditenangkan, diajari bernafas dengan dada selama kontraksi. Ibu dianjurkan tidur pada awal persalinan untuk menyusun tenaga. Alat-alat persalinan disediakan, demikian pula tempat tidur dan tempat tidur untuk bayi.
Menjelang akhir kala satu umumnya ibu semakin gelisah, kadang-kadang tungkai dan tangan bergetar. Dahi dan atas-atas bahu ibu berkeringat, muka kemerah-merahan. Dalam kondisi demikian ibu diminta bernafas dengan dada.
2. Kala dua
Pada kala dua bidan melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Ibu diajari cara mengedan pada waktu datangnya kontraksi
b. Ibu menarik nafasdalam-dalam dan menahan nafas dengan mulut, kepala diangkat dan mengedan dengan kekuatan otot dan perut. Pada saat bersamaan ibu diminta mengendorkan otot dasar panggul, ibu mengedan selama kontraksi dan beristirahat bila kontraksi berhenti.
c. Kepala bayi disokong, segera setelah melintas mulut vagina. Kepala tersebut sedikit diputar apabila keluar tengkurap untuk menjaga berlangsungnya peredaran darah. Lendir dibersihkan dari hidung dan mulut bayi.
d. Bayi disambut sampai keseluruhannya lahir dan kemudian diletakkan diatas perut ibu untuk melakukan IMD.
e. Beri ucapan selamat kepada ibu dan beritahukan tentang keadaan dan jenisnya.
3. Kala tiga
Periode pada waktu kala ketiga ini berlangsung sekitar 1-20 menit, kontraksi rahim dan tidak nyeri. Tanda- tanda plasenta terlepas adalah uterus berkontraksi dan berbentuk bulat, tali pusat memanjang. Ibu disuruh mengedan bila rahim berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta. Darah keluar dari vagina.
4. Kala empat
Pada fase ini uterus teraba dan uterus berkontraksi secara berkala, perdarahan dari vagina keluar sehingga penggantian kain diperlukan. Dalam fase ini, ibu istirahat total ditempat tidur dan beri minum bila kehausan. Perdarahan pervagina selalu diamati, demikian pula tanda-tanda vital.

D. PROMOSI KESEHATAN NIFAS
Promosi kesehatan nifas dapat diberikan kepada ibu pasca persalinan dan keluarganya. Ini diberikan untuk menambah pengetahuan ibu dan keluarga dalam menghadapi masa nifas ini ibu, sehingga dalam masa nifas ini ibu dan keluarga siap dan tahu apa yang harus dilakukan dan tidak boleh di lakukan.
Tujuan promosi kesehatan nifas adalah :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2. Mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu dan memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi, kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
Setelah pasca persalinan ini, bidan sangat dibutuhkan dalam menghadapi dan memantau ibu terutama selama 2 jam persalinan. Hal ini karena selama 2 jam pasca persalinan rentan akan komplikasi-komplikasi pada ibu. Dalam masa nifas, tanyakan tentang perasaan ibu. Biasanya ibu merasa capek dan lemah.
Keadaan fisik nya diperiksa terutama uterus, tanda-tanda vital dan daerah vagina. Bila keadaan ibu tetap normal, dianjurkan bayi segera diteteki lagi. Ibu dan bayi diberi kesempatan beristirahat. Makan ringan setiap waktu, bangun bila mau kencing, bayi tidak boleh diberi apapu kecuali ASI. Ibu diberitahukan agar menjaga kesehatan perineum terutama waktu buang air kecil dan air besar.
Berdasarkan program dan kebajikan teknis masa nifas, paling sedikit dilakukan 4 kali kunjungan masa nifas, untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir untuk mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Jadi ibu dan keluarga diberitahu untuk kontrol pada : 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, 6 minggu setelah persalinan.

E. PROMOSI KESEHATAN MENYUSUI
Promosi kesehatan menyusui merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengetahuannya mengenai manfaat menyusui, khususnya ibu-ibu pasca persalinan tahu dan mau menyusui anak-anaknya segera setelah lahir.
Dalam promosi kesehatan menyusui dini, bidan antara lain memberi dukungan dalam pemberian ASI, memberitahu manfaat pemberian ASI, komposisi gizi dalam ASI, hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI, tanda-tanda bayi cukup ASI, ASI eksklusif, IMD (Inisiasi menyusui dini ), cara menyusui yang benar, dan masalah dalam menyusui beserta cara mengatasinya.
Dengan di berikan pengetahuan tentang menyusu ini, diharapkan tingkat kesehatan masyarakat akan semakin meningkat. Ini berhubungan dengan manfaat ASI sendiri yaitu menjaga tubuh agar tidak mudah terserang penyakit (meningkatkan antibodi bayi).

Program kesehatan yg terkait dalam meningkatkan status kesehatan ibu dan anak

1. Konsentrasi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Konsentrasi KIA memiliki fokus pada kebutuhan ibu dan anak secara holistik ditingkat nasional maupun global. Konsentrasi ini memungkinkan mahasiswa untuk mengkombinasikan minatnya antara ilmu kesehatan ibu dan anak dengan pengetahuan lain yang lebih luas dan bersifat interdisipliner, misalnya antara kesehatan masyarakat dengan ilmu kedokteran, biologi, psikologi, ekonomi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya. Konsentrasi KIA memiliki cakupan perkuliahan secara multidisilpiner pada aspek-aspek kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi, anak dan remaja serta usia produktif dan usia lanjut.

2. Konsentrasi Epidemiologi Reproduksi dan Perinatal (ERP)
Konsentrasi Epidemiologi Reproduksi dan Perinatal memfokuskan pada temuan terbaru secara epidemiologis tentang hubungan antara sebab-akibat, etiologi, perilaku dan genetik serta mekanisme pencegahan terhadap penyakit-penyakit reproduksi dan kondisi-kondisi perinatal. Konsentrasi ini akan mencakup penelitian epidemiologi pada pembahasan masalah kontrasepsi, kesuburan, kehamilan, menopause, STD, HIV/AIDS, aborsi, serta kondisi keganasan alat-alat reproduksi. Mahasiswa akan diperkenalkan tentang metode yang digunakan dalam penelitian epidemiologi reproduksi.
Konsentrasi epidemiolgi reproduksi dan perinatal akan melatih mahasiswa ke dalam proses penelitian, praktek dan kebijakan untuk intervensi secara epidemiologis, termasuk kehamilan dan kelahiran, keluarga berencana, kesehatan reproduksi dan seksual, HIV/AIDS serta isu kesehatan keluarga dan perilaku yang terkait di populasi.
3. Konsentrasi Kesehatan Keluarga dan Kependudukan (K3)
Konsentrasi minat kesehatan keluarga dan populasi dirancang untuk menyediakan pondasi yang kokoh bagi para pekerja kesehatan masyarakat si seluruh dunia, khususnya di negara-negara miskin seperti Indonesia. Analisis demografi merupakan perangkat penting untuk pengukuran mortalitas, fertilitas dan perilaku reproduksi. Beberapa mata kuliah mengilustrasikan bagaimana model dan tehnik estimasi demografi yang dapat diaplikasikan pada assesment beban penyakit, khususnya yang berhubungan dengan kondisi kesehatan reproduksi. Mata kuliah lainnya menjelaskan metode-metode utama dari pengumpulan data dan analisis, khusunya yang menggunakan data dalam skala abesar dari survailan CHNRL atau data sekunder seperti sensus atau survei nasional. Walaupun perkuliahan ini umumnya kuantitatif, pemahaman tentang nilai kualitatif dan pendekatan etnografi juga sangat dianjurkan.
Program akademik pada konsentrasi ini difokuskan pada dinamika kependudukan dalam kaitannya dengan ukuran, struktur, serta karakteristik, dan pada faktor penentu dan konsekuensi perubahan dalam perilaku reproduksi dan seksual.